JADILAH DOKTER YANG TIDAK KIKIR ILMU
Assalamu'alaikum Wr.Wb
Setelah beberapa waktu, akhirnya tergerak juga untuk menulis sesuatu. Tulisan ini diilhami dari kejadian yang menimpa istri saya yang kebetulan beberapa hari lalu di rawat di Rumah Sakit Islam di bilangan Cempaka Putih Jakarta Pusat.
Istri saya yang kebetulan tengah mengandung usia 4 bulan, pada beberapa waktu lalu harus dirawat di rumah sakit karena memiliki masalah pada kandung kemihnya. Istri saya kesulitan melakukan Hajat Buang Air kecil, sehingga harus dirawat dan dipasang kateter untuk melancarkan proses buang air kecil.
Kejadian yang membuat saya ingin menulis ini terjadi pada saat istri saya dikunjungi oleh dokter yang melakukan perawatan. Kebetulan dokter yang merawat adalah Dokter Rauf. Pada saat dokter melakukan kunjungan ke ruang rawat, istri saya memanfaatkan kunjungan dokter untuk bertanya kepada dokter mengenai hal ihwal penyakit yang dideritanya. Ketika istri saya bertanya " Dokter apa yang menyebabkan penyakit saya ? " Sang Dokter hanya menjawab " penyakit ibu karena kondisi ibu yang sedang mengandung ". Mendapat penjelasan dokter yang singkat tersebut, tentu saja istri saya ingin bertanya lebih jauh lagi, mengingat kehamilan istri saya adalah kehamilan yang ketiga dan dua kehamilan yang terdahulu tidak mengalami masalah seperti saat ini.
Istri saya kemudian kembali mengajukan pertanyaan " Bagaimana Dok .. koq karena kehamilan bisa menyebabkan saya harus dipasang kateter seperti ini ? " Mendengar pertanyaan lanjutan dari istri saya, nampaknya sang dokter merasa tidak senang dan malas memberikan jawaban. Sebenarnya istri saya sejak awal sudah menduga bahwa Dokter Rauf yang merawatnya adalah tipe dokter yang enggan memberikan penjelasan kepada pasien. Namun ternyata dugaan istri saya jauh dari yang ia duga, karena ternyata Dokter Rauf memberikan jawaban yang di dalamnya tersirat sikap dokter yang menganggap pasien yang dihadapinya adalah orang bodoh.
Dokter Rauf menjawab pertanyaan istri saya dengan gaya ketus seperti ini : " Ibu ! apakah selama ini ibu pernah memikirkan bagaimana mata dapat bekerja ? Apakah Ibu pernah memikirkan bagaimana jantung bekerja ? ... Tidak Pernah khan ! karena memang bukan ilmu yang mudah untuk mempelajarinya. Ibu tidak perlu mikir yang macam-macam dan yang sulit-sulit yang Ibu tidak akan faham. Pokoknya penyakit ibu ini disebabkan oleh kehamilan !! "
Astagfirullah .... istri saya bergumam dalam hati. Istri saya sangat kecewa dengan pernyataan yang diberikan oleh Dokter Rauf. Mengharapkan mendapat jawaban yang mampu menjelaskan penyakitnya, yang didapatkan malah pernyataan yang meremehkan yang diberikan oleh sang dokter.
Istri saya yang bekerja di bidang farmasi dan cukup mengerti tentang hal yang berkaitan dengan fungsi dan cara kerja organ tubuh, lebih memilih diam dan tidak melanjutkan pertanyaan kepada Dokter Rauf. Jika mau, istri saya bisa saja memberikan komentar bahwa ia mengetahui tentang bagaimana mata bekerja dan bagaimana jantung bekerja. Tapi itu tidak dilakukan oleh istri saya, karena menganggap percuma menanggapi seorang dokter yang terlalu bangga dengan profesinya, dan terlalu meremehkan orang lain, serta menganggap bahwa hanya orang pintar, jenius, dan yang terpilih saja yang mampu bergelar dokter.
Apa yang dilakukan oleh Dokter Rauf adalah kenyataan di lapangan, bahwa ada dokter yang tidak memiliki kemampuan untuk berperan sebagai dokter yang tidak hanya menyembuhkan. Peran Dokter pada saat seseorang sakit adalah tidak hanya menyembuhkan orang yang sakit tersebut, tetapi juga harus mampu memberikan penjelasan kepada pasien tentang hal-hal yang harus dilakukan untuk menghindari penyakit yang dideritanya. Memberikan penjelasan kepada pasien tentang penyebab penyakit dan cara pencegahannya, tidak harus serumit menjelaskan bagaimana mata bekerja dan bagaimana jantung bekerja. Siapapun pasien yang dihadapinya, harusnya seorang dokter mau memberikan penjelasan yang diminta oleh sang pasien.
Untuk kasus Dokter Rauf, memberikan penjelasan kepada pasien yang nyata-nyata telah "membayarnya" saja tidak mau ia lakukan, apalagi jika yang bertanya kepada Dokter Rauf adalah pasien gratisan.
Apa yang dilakukan oleh Dokter Rauf barangkali jangan dicontoh oleh rekan-rekan Dokter yang lain. Jangan Kikir Ilmu kepada orang yang meminta kita menjelaskan sesuatu yang dibutuhkan. Ilmu yang dimiliki oleh Dokter Rauf pasti tidak akan menjadi berkurang ketika diberikan kepada seorang pasien yang membutuhkan penjelasan atas sesuatu hal yang secara keilmuan dimiliki oleh seorang Dokter. Sosok seorang Dokter sudah tertanam dibenak masyarakat adalah sosok yang sudah pasti cerdas, pintar dan berilmu. Tidak perlu meremehkan orang untuk mengingatkan bahwa "Belajar jadi Dokter itu susah".
Atas kejadian yang menimpanya, istri saya langsung mencoret Nama Dokter Rauf dari List Dokter yang harus dikunjunginya ketika sakit. Sosok Dokter Rauf harus dihindarinya, karena ketika sakit, istri saya berharap memperoleh kesembuhan dari Allah SWT melalui perantaraan seorang Dokter yang merawatnya, sekaligus mendapatkan ilmu tentang penyakitnya dari dokter yang merawatnya, dan itu tidak ia dapatkan dari Dokter Rauf.
Istri saya yakin bahwa Fenomena Dokter Rauf yang kikir ilmu adalah nyata. Namun ia masih memiliki keyakinan bahwa masih banyak sosok Dokter yang TIDAK KIKIR ILMU.
Wassalamu'alaikum Wr.Wb |